RSS

Sundusing Madia

Bosku bilang, aku perempuan paling beruntung. Aku tidak merasa begitu. Aku percaya di dunia ini nggak ada yang namanya keberuntungan. Semua terjadi atas kehendak Allah dan kerja keras, usaha yang sungguh-sungguh.

Bosku bilang, saat kita jatuh, jangan biarkan orang lain tau. Aku suka bagian ini. Aku sangat suka. Jadi inilah yang sudah ku terapkan bertahun-tahun. Rasanya dahsyat sekali. Seakan hidup penuh rasa syukur, tanpa beban, tanpa keluhan yang tiada berujung. Mungkin ini juga yang membuat dia bilang bahwa aku perempuan paling beruntung.

Yah, semua kembali ke sudut pandang masing-masing. Ada orang yang bilang aku perempuan malang, ada yang bilang aku perempuan paling beruntung, ada yang bilang aku biasa saja. Tergantung bagaimana aku ingin menunjukkan bagian diriku "yang mana" ke orang "yang mana". Tergantung sejauh mana orang itu mengenalku.

Setiap manusia punya fase kedewasaannya sendiri-sendiri. Ada yang terlalu lama berada di fase anak-anak. Ada yang terlalu lama berada di fase remaja. Ada yang dari fase anak-anak langsung terjun ke fase dewasa, tanpa menyentuh fase remaja. Biarlah setiap orang menikmati fase kehidupannya sendiri-sendiri. Karena aku percaya, cepat atau lambat, manusia, khususnya diriku pasti sampai di fase dewasa.

Saat aku mendaki gunung, aku hanya membolehkan orang lain tau saat aku sudah sampai di puncak saja. Inilah resep rahasiaku sehingga banyak sekali yang menyebutku perempuan beruntung, termasuk bosku.

Terima kasih papi, beberapa tahun ini berpengaruh banyak dalam kematangan emosiku, pengambilan segala keputusanku, banyak perubahan dalam hidupku. Akan ku biarkan dirimu menyebutku sebagai perempuan beruntung seumur hidupmu. Terima kasih yaa Allah sudah memberiku banyak hal lewat papi Sundusing Madia.

0 komentar:

Posting Komentar